Minggu, 24 Juni 2012

Gambaran Prekonomian Indonesia


Gambaran Perekonomian Indonesia
Tahapan perkembangan :
    1. Masa sebelum terjajah ( < tahun 1600 )
    2. Masa penjajahan ( tahun 1600 - 1945 )
    3. Masa sebelum 1966/ Orde Lama ( tahun 1945 - 1966 )
    4. Masa sesudah 1966 ( era Orde Baru )
ERA ORDE LAMA ( 194_ - 1966 )
Perekonomian berkembang kurang menggembirakan :
  • Kehidupan politik tidak stabil ( pergantian kabinet )
  • Defisit anggaran belanja negara terus meningkat ( cetak uang baru > inflasi - sejak 1955- )
  • Nasionalisasi perusahaan asing - 1951 / 1958 ( UU No 78 / 1958 tentang Investasi Asing > tutupnya Bursa Efek Jakarta > pelarian kapital )
  • Hilangnya pangsa pasar ( gula, karet alam dll ) dalam perdagangan internasional ( ekspor < 10% PDB > neraca pembayaran tertekan > depresiasi rupiah )
  • Kejanggalan sistem moneter ( Bank merupakan hasil nasionalisasi termasuk BI ( De Javasche bank ), BI ( 1953 ) berfungsi : (1) menstabilkan nilai mata uang (2) mengatur sirkulasi uang (3) mengawasi dan mengembangkan perbankan dan kredit, memasok kredit / premi kepada pemerintah sebesar 30% dari penerimaan pemerintah - 1957/58, sistem pengendalian kurs.
MASA PERALIHAN ( 1966 - 1968 )
Peralihan kepemimpinan akibat pemberontakan PKI.
Ekonomi kacau :
  • Ketidak-mampuan memenuhi kewajiban utang LN ( >US $ 2milyar )
  • Penerimaan ekspor hanya setengah dari pengeluaran impor
  • Ketidak-berdayaan mengendalikan anggaran belanja dan memungut pajak
  • Laju inflasi tinggi (30-50% perbulan)
  • Sarana dan prasarana ekonomi yang buruk
Prioritas kebijakan ekonomi:
  1. Memerangi inflasi
  2. Mencukupkan stok pangan (beras)
  3. Merehabilitasi prasarana perekonomian
  4. Meningkatkan ekspor
  5. Menediakan /menciptakan lapangan kerja
  6. Mengundang kembali investasi asing
Dalam jangka pendek, program ekonomi ORde Baru :
  1. Tahap penyelamatan (juli-desember 1966)
  2. Tahap rehabilitasi (januari-juni 1967)
  3. Tahap konsolidasi (juli-desember 1967)
  4. Tahap stabilisasi (januari-juni 1968)
Kebijakan yang ditempuh: anggaran berimbang, terbentuknya IGGI, kembali jadi anggota IMF,UU PMA, PMDN, Perbankan,Bank sentral, bank asing.
Dalam jangka panajng berupa Repelita yang dimulai 1 April 1969.

ERA PJP I
Sasaran : Trilogi Pembangunan -pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas.
Per-pelita
Repelita I (1969-74) : prioritas adalah stabilitas ekonomi. Pelita II (1974-79): prioritas adalah pertumbuhan ekonomi.
Pelita III-Vi: pemerataan
Kinerja perekonomian dalam Pelita I-II cukup memuaskan :
  1. Pertumbuhan ekonomi 7% pertahun
  2. Pertumbuhan ekonomi 11% jadi 24% terhadap PDB
  3. Tabungan pemerintah meningkat
  4. Penerimaan devisa meningkat (migas -80%)
Tahun 1970-an perekonomian Indonesia mengalami gangguan :
  1. Harga minyak dunia turun dan kuota produksi minyak
  2. Ekspor neto turun 38% dan ekspor nonmigas turun 30% sedangkan impor nonmigas meningkat
  3. Neraca berjalan defisit US$2,7milyar (1981) dan US$6,7milyar (1982)
  4. Pertumbuhan ekonomi 2,24% (1982)
Implikasinya :
  1. Angaran belanja dihemat (1983-84)
  2. Menambah pinjaman LN
  3. Membatasi impor dan mendorong ekspor nonmigas
  4. Mengurangi perjalanan ke LN
  5. Menggalakkan produksi Dn
  6. Devaluasi rupiah (1983)
  7. Penjadwalan ulang proyek pemerintah
  8. Menaikkan harga bbn (1984)
  9. Pengurangan subsidi pupuk /pestisida
  10. Bunga berdasarkan mekanisme pasar
  11. Sistem pagu kredit dihapus
Pelita IV : kebijakan dregulasi dan debirokratisasi. Pelita V Perekonomian Indonesia membaik engan pertumbuhan 6,7%/tahun.
Selama PJP I : pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7%/tahun, pendapatan perkapita naik dari US$70 (1969) jadi US$770 (1993), penduduk miskin turun dari 70 juta orang (60%) jadi 25,9 juta orang (13,7%).
Aspek Ekonomi
Berhasil mencapai stabilitas nasional, yang dicapai melalui:
  1. Penelolaan makro ekonomi yang berhati-hati
  2. Partisipasi masyarakat meningkat
  3. Anggaran berimbang dan dinamis
  4. Penerapan devisa bebas
  5. Terpeliharanya stabilitas nasional (Ekonomi dan politik).
Struktur ekonomi mulai berimbang, baik dari aspek produksi, penerimaan pemerintah, maupun penerimaan ekspor/devisa.
Sektor moneter berkembang pesat: jumlah bank meningkat dari 111 (1988) menjadi 239 (1994), peranan bank swasta meningkat, lembaga keuangan nonbank tumbuh pesat ternasuk pasar modal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar